Sangat penting bagi pelaku usaha untuk memahami karakter konsumen yang akan membeli barang atau menggunakan jasanya. Karena dengan memahami karakter konsumennya, pelaku usaha akan mampu menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen serta memasarkan produk lebih mudah.
Karakter orang Indonesia dalam membeli barang dan menggunakan jasa berbeda dengan karakter konsumen di luar negeri. Harus diakui bahwa orang Indonesia sangat unik dan berbeda. Itulah sebabnya produk dan jasa yang laris manis di luar negeri belum tentu laku bila dipasarkan di Indonesia. Begitu juga sebaliknya, produk yang sangat laku di Indonesia belum tentu laku di luar negeri.
Berikut ini kami uraikan beberapa karakter konsumen Indonesia yang unik dan berbeda dibanding karakter konsumen di luar negeri:
- Berorientasi jangka pendek
Orang Indonesia cenderung memiliki daya ingat yang singkat, sehingga mereka lebih memilih produk yang memberikan manfaat jangka pendek dibanding manfaat jangka panjang. Itulah sebabnya produk vitalitas yang memberikan manfaat jangka pendek jauh lebih laku dibanding suplemen vitamin yang memberikan manfaat jangka panjang. - Tidak memiliki perencanaan
Pada umumnya konsumen di Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam membeli sesuatu. Mereka sangat mengikuti impulse buying dan langsung membeli suatu produk tanpa berpkir panjang. Contohnya pada saat lebaran orang akan belanja habis-habisan, tanpa berpikir apakah barang tersebut akan memberikan manfaat atau tidak. - Suka bersosialisasi
Orang Indonesia suka berkumpul dan cenderung berkelompok. Itulah sebabnya produk-produk yang mamfasilitasi gaya hidup komunal orang Indonesia seperti kafe, warung kopi dan situs media sosial sangat digemari oleh orang Indonesia. Selain itu, konsumen Indonesia dalam membeli sebuah produk cenderung dipengaruhi oleh pendapat orang-orang di lingkungan mereka. - Gaptek
Konsumen Indonesia cenderung kurang mengerti teknologi dan kurang mengoptimalkan teknologi. Orang Indonesia kurang suka dengan kerumitan teknologi. Itulah sebabnya banyak orang yang memiliki smartphone dengan fitur seabrek, namun menggunakannya hanya untuk telepon, SMS dan chatting. - Mementingkan konteks, bukan konten
Konsumen Indonesia lebih context oriented. Mereka lebih suka hal-hal yang ringan dan tidak serius, ketimbang informasi yang memberikan pengetahuan. Itulah sebabnya acara televisi yang bersifat komedi dan mistik jauh lebih populer dibanding acara yang berisi berita dan ilmu pengetahuan. - Cinta produk luar negeri
Mayoritas orang Indonesia memiliki pandangan bahwa kualitas produk dalam negeri kurang bagus. Itulah sebabnya mereka lebih suka mengkonsumsi produk buatan luar negeri ketimbang produk tanah air. Tak heran banyak produsen asli Indonesia yang menggunakan merk-merk yang dipersepsikan seolah-olah produk tersebut berasal dari luar negeri. Contohnya JCO, Sophie Martin dan Edward Forrer. - Religius
Konsumen Indonesia sangat concern terhadap masalah yang bersifat religius. Orang Indonesia sangat peka terhadap hal-hal yang bersifat religius, terutama yang berkaitan dengan halal-haram. Ada beberapa produk yang pernah diterpa isu haram, seperti Ajinomoto dan Solaria yang kewalahan dalam mengembalikan citra produk mereka. - Mementingkan gengsi
Orang Indonesia sangat suka pamer dan mementingkan gengsi. Hal ini tidak hanya terjadi pada konsumen menengah ke atas, namun semua kalangan konsumen. Demi gengsi orang rela membeli barang mewah walaupun harus nyicil. Demi gengsi pula banyak orang yang membeli produk bajakan. - Dipengaruhi oleh faktor kedaerahan
Pelaku usaha tidak bisa memungkiri bahwa Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam. Keberagaman etnis tersebut mempengaruhi selera dan cita rasa setiap konsumen. Contohnya, orang Jawa suka makanan manis, sedangkan orang Manado lebih menyukai makanan pedas. Ini semua akan mempengaruhi produk yang dibeli oleh konsumen. - Kurang peduli lingkungan
Orang Indonesia cenderung memilih produk yang murah dibanding produk yang ramah lingkungan. Contohnya, bahan bakar kendaraan yang beroktan rendah lebih banyak digunakan dibanding bahan bakar kendaraan yang beroktan tinggi dan lebih ramah lingkungan. Hal ini sebenarnya dipicu oleh rendahnya daya beli dan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia.
Kesepuluh karakter konsumen Indonesia tersebut diharapkan mampu menginspirasi para pelaku usaha dalam memasarkan produk dan jasa kepada konsumen Indonesia. Namun perlu diasadari bahwa karakter orang Indonesia dalam berbelanja bisa bergeser seiring dengan kualitas pendidikan dan ekonomi yang lebih baik.