Menjadi milyuner tidak sama dengan hidup mewah. Sebenarnya orang-orang yang hidup dengan kemewahan hanyalah minoritas dari kelompok orang kaya. Mereka adalah orang-orang yang memperoleh kekayaan dari warisan, olahraga atau hiburan. Kekayaan yang mereka dapatkan tidak akan bertahan lama, biasanya hanya hingga 10 tahun. Setelah itu mereka akan bangkrut dan bahkan terlilit hutang. Mike Tyson adalah contoh yang jamak diberitakan di media massa.
Lalu seperti apakah miliuner itu? Para miliuner hidup hemat. Mereka tidak dengan mudah menghambur-hamburkan uang. Uang yang mereka gunakan untuk berbelanja selalu jauh lebih rendah dibanding pendapatan. Mereka lebih banyak menginvestasikan pendapatannya di pasar saham atau bisnis pribadi (biasanya 15-20% dari pendapatan).
Selama ini masyarakat kita memiliki anggapan yang salah mengenai kekayaan. Orang-orang pada umumnya menganggap kekayaan sebagai pendapatan yang tinggi, pakaian mewah, dan rumah mewah. Sebenarnya kekayaan tidak dapat diukur dengan cara seperti itu. Ukuran yang sebenarnya dari kekayaan adalah seberapa lama seseorang mampu menjalankan gaya hidupnya yang sekarang apabila ia berhenti bekerja.
Tingkat kekayaan seseorang dapat dirumuskan sebagai aset lancar dibagi (pengeluaran bulanan dikurangi pendapatan pasif).
Aset lancar: uang tunai dan yang setara dengan uang tunai untuk membayar pengeluaran bulanan. Aset lancar harus mudah dijual.
Pengeluaran bulanan: rata-rata pengeluaran bulanan, termasuk bunga pinjaman.
Pendapatan pasif: Pendapatan yang terus menghasilkan, meskipun kita berhenti bekerja. Contohnya dividen, royalti, bunga, dan laba bisnis.
Seorang miliuner akan mengurangi pengeluaran, menciptakan sumber pendapatan pasif dan menginvestasikan uang untuk meningkatkan aset lancar.
Ada dua jenis aset, yakni aset arus kas positif dan aset arus kas negatif. Saya menyebutnya aset baik dan aset jahat. Aset baik akan membantu kita mengumpulkan kekayaan. Sebaliknya aset jahat akan mengurangi kekayaan kita.
Yang lebih seru dari buku ini, Adam Khoo menjabarkan perbedaan antara orang kaya, orang menengah dan orang miskin dalam mengelola arus kas.
Orang miskin, seperti buruh kasar dan eksekutif yunior (tidak bermaksud merendahkan) hanya mengejar kepuasan seketika. Mereka hanya memikirkan hari ini. Begitu memiliki uang, mereka akan menghabiskan uang tersebut. Mereka tidak memikirkan hari esok. Meskipun gaji mereka dinaikkan, mereka akan tetap menghabiskan uang yang diperoleh.
Orang-orang dari kelas menengah, seperti profesional, eksekutif tingkat menengah dan senior sedikit lebih baik dari orang miskin. Orang-orang dari kelas menengah menerima uang, membelanjakannya, lalu menabung sisanya. Pola seperti ini sebebarnya kurang baik. Karena mereka lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk membeli aset jahat, seperti handphone tercanggih dan mobil keluaran terbaru daripada berinvestasi di aset baik.
Orang kaya sangat berbeda. Mereka menerima uang, menabung, lalu membelanjakan sisanya. Mereka selalu membuat target berapa banyak dari penghasilannya yang akan ditabung dan diinvestasikan. Mereka mengalokasikan sebagian besar uangnya di aset baik, seperti saham, obligasi, deposito, kekayaan intelektual, property dan bisnis. Kadang-kadang mereka memanjakan dirinya dengan barang mewah. Tapi nilainya selalu jauh di bawah nilai aset baik yang mereka beli. Orang kaya akan terus menabung dan berinvestasi sehingga aset yang dimilikinya mampu memberikan penghasilan yang cukup untuk pengeluarannya. Sehingga meskipun ia tidak bekerja, ia tetap dapat menikmati gaya hidup yang sama hingga akhir hayatnya.
Artikel ini adalah bagian dari rangkaian bedah buku Secrets of Self-Made Millionaires karangan Adam Khoo. Saya sangat merekomendasikan buku ini bagi Anda yang mau melipatgandakan penghasilan hingga berkali-kali lipat. Klik di sini untuk membaca seluruh rangkaian buku ini. |